Selasa, 27 September 2011

Setting Modem GSM

Kartu GSM
Access Point (APN)
Username
Password
Telkomsel
Internet/Telkomsel/flash
(kosongkan)
(kosongkan)
Mentari
Indosat
Indosat
IM3
gprs
Im3
XL
xlgprs
proxl
AXIS
AXIS
AXIS
123456

Senin, 18 April 2011

Tuntutlah Ilmu sampai ke Negeri Cina

Bomanto A.Mirasi

Saya ingat sebuah kalimat dalam pendidikan Islam, "tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina." Kalimat tersebut hampir selalu saya maknai dengan kesadaran bahwa menuntut ilmu itu sangat perlu meskipun harus pergi ke tempat yang jauh untuk mendapatkannya. Itu juga bermakna: ilmu itu sangat penting dalam kehidupan ini. Mungkin semua aktifitas membutuhkan ilmu, baik aktifitas untuk dunia maupun untuk akhirat.
Sayangnya pemahaman tentang ilmu itu penting dan sangat diperlukan seringkali tidak dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan dan menerapkannya.Saya dan mungkin sebagian besar rakyat Indonesia hampir selalu menginginkan yang instan dan serba mudah. Jika menginginkan sesuatu selalu mengharapkan segera terwujud hanya dengan sim salabim aba kadabra. Hampir tidak ada usaha. Kalaupun ada usaha cukup sekedarnya saja, setengah-setengah. Ilmu tidak sempurna didapat dan ketika digunakan pun terasa kurang bermanfaat. Tentu saja hasil yang diperoleh menjadi klurang maksimal.
Celakanya, kita tidak terbiasa belajar kepada sesama kita. Yang paling biasa dan paling sering terjadi adalah merasa benci, iri, dan dengki terhadapkeberhasilan sesamanya.Padahal, menurut informasi yang pernah saya dengar, saling membenci itu melahirkan energi negatif yang sangat besar pada diri kita dan memberikan energi positif yang sangat besar kepada orang yang dibenci. Setiap saat energi positif kita terkurans untuk memikirkan hal-hal negatif yang kurang produktif dan kurang bermanfaat sementara orang yang kita benci terus berjuang untuk menjadi lebih baik  dan lebih baik lagi.
Ya, kalau ada teman yang sukses, jarang kita bertanya: bagaimana caranya kamu bisa sesukses ini? Bagi-bagi ilmunya, dong. Yang sering kita lakukan justru sebaliknya, kan? Teman beli motor baru, kita jadi stress pengen punya motor baru pula. Tetangga punya rumah bagus, bisa cukup makan, kita malah pusing cari akal supaya tetangga tersebut terusir dari kampung karena dianggap nyupang dan memelihara tuyul. Jarang kita melakukan pendekatan, ngangsu kaweruh, dan membangun kerja sama yang baik. Jarang. Yang sering dibanggakan malah sikap permusuhan, gontok-gontokan. Yang sukses dan kaya jadi tinggi hati, sok, dan jahat, yang tidak sukses jadi minder, iri, dengki dan jahat. Ketemu deh akhirnya.
Bayangkan, bagaimana kita bisa membangun diri dan bangsa bila dalam suasana permusuhan? Membangun perlu ketenangan, konsentrasi energi, dan keyakinan atas keberhasilan. Kalau tidak? Ya, biasanya setengah jalan.
Eh, ngomong-ngomong, produk-produk Cina sudah banyak di Indonesia, sekarang. Mungkin ini bisa diartikan: kita nggak perlu pergi ke negeri Cina karena Cinanya sudah datang ke Indonesia, hehehe.
NB: kunjungi juga ya?